Hantu Greenbrier: Kembali Untuk Sebuah Pengakuan
Pada 24 Januari 1897, seorang pria menangis sejadi-jadinya di samping makam terbuka untuk istri tercinta. Dengan air mata membanjiri wajah tertekannya, Erasmus Stribbling Trout Shue (Erasmus)
Pada 24 Januari 1897, seorang pria menangis sejadi-jadinya di samping makam terbuka untuk istri tercinta. Dengan air mata membanjiri wajah tertekannya, Erasmus Stribbling Trout Shue (Erasmus)
Keajaiban Doa Pukul 02.00 .... Malam masih menyisakan gelap. Sunyi, senyap. Hanya suara detak jarum jam mengiringi kegelisahan. Tergolek lemah di sisiku, Rama, si bungsu, napasnya
Sesaat setelah sekelompok anak muda-mudi menyanyikan mars dan himne organisasi, aku berdiri di atas podium sebagai ketua penyelenggara, memberikan sepatah kata sebelum acara inti resmi dibuka.
Semilir angin menggoyang-goyangkan pepohonan di sepanjang jalan menuju sebuah rumah sederhana bertembokkan anyaman dari bambu. Hawa sejuk perlahan merasuk. Perjalanan panjang tak lagi melelahan kala
Malam terjaga sebab suara beduk menemaninya menikmati tumpahan langit yang gelap. Tidak seperti tahun lalu, malam ini aku diam di rumah. Duduk di tepian tempat tidur sembari menatap seluruh
"Allahu Akbar, Allahu Akbar." Ayat-ayat fajar melengking membelah langit, pertanda bahwa sebentar lagi pagi akan menyingsing. Masih dengan memakai mukena, aku bangkit. Menyimpan mushaf di
Namanya Tante Regina. Ia tinggal bersama anak semata wayangnya di rumah nomor 8, persis di depan rumahku yang nomor 9. Rumahnya tergolong mewah dengan desain modern dan berpagar tinggi. Ada